Peduli Kesehatan Mental sekitar anda!
Peduli kesehatan mental sekitar anda!
Jika ditanya arti sehat mental, kira-kira apa jawaban kita? Beberapa dari kita
mungkin menjawab sehat mental artinya tidak sakit jiwa. Beberapa yang lain
mungkin menjawab sehat mental berarti jadi orang yang normal saja. Ada
juga mungkin yang menjawab sehat mental berarti pikiran yang tenang dan hati
yang bahagia. Menurut KBBI, definisi mental bersangkutan dengan batin dan watak
manusia, bukan bersifat badan atau tenaga. Mental yang sehat dapat diartikan
sebagai kesejahteraan batin secara penuh, tidak semata-mata berupa absennnya
penyakit atau kelemahan tertentu. Individu yang sehat secara mental serasi
dalam seluruh aspek psikologisnya (pikiran, emosi, dan tingkah laku) sehingga
bisa optimal dalam menjalankan kehidupan dan memiliki relasi yang memuaskan,
baik dengan diri sendiri maupun dengan orang lain.
Remaja
menjelang dewasa mengalami masa transisi yang tidak mudah. Beberapa hal yang
umum terjadi di masa tersebut adalah perubahan lingkungan sekolah ke lingkungan
kampus, beban dan tuntutan akademis yang semakin berat, konflik dengan
orangtua, ketiadaan teman atau pacar, kebingungan akan masa depan, dan isu-isu
diri lainnya. Semua itu dapat berisiko terhadap kesehatan mental mereka. Mereka
bisa jadi stres yang jika tidak ditangani dengan tepat akan membuat keadaan
semakin buruk.
Berikut ciri-ciri seseorang yang
sedang kesulitan tentang kesehatan mental
·
Merasa sedih dan menarik diri selama lebih dari dua minggu.
Misalnya: Dia berada di kamar terus, menolak ke kampus, menghindar bertemu
teman-teman atau anggota keluarga, hampir sepanjang hari terlihat sedih atau
murung.
·
Mencoba menyakiti dirinya sendiri atau berpikir untuk melakukan
hal tersebut. Misalnya: berbicara tentang keinginannya menyakiti diri sendiri,
mencoba memukul dirinya sendiri, menyayat kulitnya atau bahkan mencoba bunuh
diri.
·
Sering merasa takut atau panik untuk alasan yang kurang jelas.
Misalnya: saat sedang pergi bersama, tiba-tiba dia merasa takut dan tidak
nyaman lalu minta pulang, padahal tidak ada situasi yang mengancam.
·
Susah mengontrol emosi dan perilakunya. Misalnya: menjadi
rentan, mudah tersinggung, mengungkapkan kemarahannya berlebihan pada orangtua
atau teman dengan bicara kasar bahkan membanting barang-barang, padahal
biasanya dia cukup tenang dan terkendali.
·
Mood berubah dalam waktu cepat (mood
swing). Misalnya: suatu saat ia terlihat ceria, saat berikutnya ia
murung dan menangis. Pergantian mood.
·
Nafsu makan terganggu. Misalnya: nafsu makan bisa berkurang
drastis atau malah bertambah berlebihan. Dalam waktu singkat, berat badan menurun
atau meningkat.
·
Jam tidur kacau atau tidur tidak pulas. Misalnya: biasanya tidur
jam 11 malam, sudah beberapa waktu ini baru bisa tidur jam 2 atau 3 pagi.
Selain itu, tidurnya kurang nyenyak, jadi sehari-hari tampak lemas dan kurang
tidur.
Bila menemukan tanda-tanda tersebut pada orang sekitar, beberapa hal yang dapat dilakukan antara lain:
·
Mendengarkan dengan perhatian. Benar-benar mendengar adalah hal
yang sulit. Jangan mengoreksi atau membantah. Mari mencoba untuk mendengarkan
saja apa yang disampaikan orang tersebut, termasuk emosi yang mereka rasakan.
Tidak usah mencoba untuk membantah atau mengubah pemikiran mereka. Mendengarkan
tanpa berkomentar bukan berarti kita menyetujui apa yang dikatakannya namun itu
menunjukkan bahwa kita berusaha memahami mereka.
·
Menganjurkan bantuan tenaga profesional (psikolog, konselor,
atau psikiater). Menemui psikolog adalah hal yang perlu dilakukan jika isu
kesehatan mental sudah semakin serius. Mungkin mereka enggan bercerita pada
orang sekitarnya. Psikolog atau konselor dapat membantu menguraikan kesulitan
yang sedang dihadapi mereka dan menemukan alternatif penanganan psikologis yang
tepat.
Memperhatikan kesehatan mental orang sekitar sama pentingnya dengan
memperhatikan kesehatan fisik mereka. Dengan mental yang sehat, mereka akan
semakin sejahtera menjalankan peran di lingkungannya. Mereka akan memiliki
relasi yang berkualitas dengan orangtua, teman, dan tentu saja diri mereka
sendiri.
Komentar
Posting Komentar